Budidaya dan Review Karet

IconInformasi Tentang Budidaya Tanaman dan Review Karet

Bahan Tanam Budidaya Tanaman Karet

Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas(budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.

Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik.Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.

Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan
dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis
dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.

Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari
tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.
»»  Readmore

 
 

Pengertian Ban dan Sejarahnya

Ban adalah peranti yang menutupi velg suatu roda. Ban adalah bagian penting dari kendaraan darat, dan digunakan untuk mengurangi getaran yang disebabkan ketidakteraturan permukaan jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan tanah untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah pergerakan.

Sebagian besar ban yang ada sekarang, terutama yang digunakan untuk kendaraan bermotor, diproduksi dari karet sintetik, walaupun dapat juga digunakan dari bahan lain seperti baja.

Sejarah ban

Pada tahun 1839, Charles Goodyear berhasil menemukan teknik vulkanisasi karet. Vulkanisasi sendiri berasal dari kata Vulkan yang merupakan dewa api dalam agama orang romawi. Pada mulanya Goodyear tidak menamakan penemuannya itu dengan nama vulkanisasi melainkan karet tahan api. Untuk menghargai jasanya, nama Goodyear diabadikan sebagai nama perusahaan karet terkenal di Amerika Serikat yaitu Goodyear Tire and Rubber company yang didirikan oleh Frank Seiberling pada tahun 1898. Goodyear Tire & Rubber Company mulai berdiri di tahun 1898 ketika Frank Seiberling membeli pabrik pertama perusahaan ini dengan menggunakan uang yang dia pinjam dari salah seorang iparnya.

Pada tahun 1845 Thomson dan Dunlop menciptakan ban atau pada waktu itu disebut ban hidup alias ban berongga udara. Sehingga Thomson dan Dunlop disebut Bapak Ban. Dengan perkembangan teknologi Charles Kingston Welch menemukan ban dalam, sementara William Erskine Bartlett menemukan ban luar.

Itulah sedikit gambaran tentang ban yang saya ambil dari Wikipedia
»»  Readmore

 
 

Sifat Limbah Setelah Perlakuan Dengan Buckom LAWT-60

Hasil pengujian sifat karet mentah serta kompon dan vulkanis ACS, asal karet yang diperoleh dari penggumpalan limbah lateks dengan Buckom LAWT-60. Sebagai bahan penggumpal Buckom LAWT-60 ini sangat reaktif. Reaktivitas Buckom LAWT-60 ini menurun bila limbah lateks tersebut mengandung amoniak. Penggumpaln limbah lateks baik dengan Buckom LAWT-60 maupun dengan asam semut jelas memperbaiki mutu limbah , khususnya limbah hasil penggumpalan dengan Buckom LAWT-60, selain memberikan nilai BOD dan COD yang lebih rendah, pH-nya mendekati netral.(Balai Penelitian Perkebunan sungai Putih ,1988)

Amoniak sebagai bahan pemantap lateks pekat mempunyai kelemahan yaitu baunya merangsang kuat sehingga merupakan salah satu masalah dalam pengolahan selanjutnya. Hal ini menyebabkan berkembangnya pengawetan lateks pekat dengan kadar amonia rendah. Dalam pengawetan dengan kadar ammonia rendah selalu ditambahkan bahan pengawet kedua yaitu asam lemak untuk meningkatkan waktu pemantapan mekaniknya.
Amoniak anhidra adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 kg sedangkan larutan amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya berkonsentrasi 20%
(Solichin,1988).

Bilangan asam lemak mudah menguap ( volatile fatty acid ) didefinisikan sebagai jumlah asam lemak eteris rantai pendek, yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total. Nilai ini menggambarkan tingkat kebusukkan lateks pekat. Semakin tinggi nilai volatile fatty acid akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.(Stanley,H. 1988).

Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule merupakan kekecualian, yang diperoleh melalui pulping dan parboling tumbuhan sebelum dimurnikan. Residu panen selulosik (bagasse) merupakan sumber alkohol fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi (rata-rata sekitar 1 juta) dan amforsus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak pada suhu rendah.

Lateks bisa dikonversi kekaret busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan mengkoting lateks diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Havea (sekitar 65%) digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-produk komersial termasuk alas kaki,segel karet. Weather striping, shock absurver, insulasi listrik, asesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya memakai karet dalam bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet yang tidak tervulkanisasi adalah bentuk kerisut yang, karena ketahanan abrasinya istemewa, diapakai untuk tapak sepatu. Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca (gutta-percha) yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya, Pallaquium oblongifolium dan pohon-pohon serupa terutama berasal dari Asia Tenggara). Gutta-percha memiliki struktur trans 1,4-poliisoprena. Ia jauh lebih keras dan kurang dapat larut daripada karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal
(Stevens,2001).

Dalam perdagangan karet sering terdapat keluhan atau tuntutan mengenai mutu karet tersebut. Sebagai contoh, jepang sering mengeluh karena karet yang diimpor mempunyai sifat viskositas yang tinggi/ rendah, tidak seragam , dan sebagainya. Salah satu negara pengimpor karet Indonesia adalah jepang yang setiap tahunnya mencapai sekitar 27.000 ton. Karet mentah yang diimpor ini kira-kira 68% berupa karet konvensional, sedang sisanya berupa karet spesifikasi teknis.
Kebutuhan akan karet spesifikasi teknis, sebagian besar diimpor Jepang dari Muangthai, Malaysia, dan Singapura. Hanya sebagian kecil saja jepang mengimpor karet spesifikasi teknis dari indonesia kurang baik mutunya dan kurang seragam.

Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan karet spesifikasi teknis, yaitu ; kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan PRI.

Disamping itu juga ditentukan kadar nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata-rata, berat molekul rata-rata. Pembuatan kompon dilakukan dengan “ Bunbury Mixer” yang mempunyai kapasitas 2,200 ml.
Kompon nonproduktif terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80-90oC. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5-5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill.lembaran didinginkan didalam air, kemudian dicelupkan didalam larutan MgCO3 untuk mencegah kelengketan.
Kompon produktif dibuat dari kompon nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakukan juga dengan “Sheeting Mill”. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan didalam larutan MgCO3 kemudian dibiarkan pada suhu kamar sela 16-24 jam.
»»  Readmore

 
 

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet ,harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, di antaranya adalah :

1. Faktor di kebun (jenis klon,sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi,musim kemarau keadaan lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari alumunium atau baja tahan karat)
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki,jarak,jangka waktu)
5. Kualitas air dalam pengolahan
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan
7. Komposisi lateks

Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm),enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1 – 1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.

Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dan krep (crepe) adalah ±93%, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jemur akan terjadi dan lazimnya disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran. Bintik-bintik ini merusak kualitas dan menyebabkan produk tersebut tidak disukai dalam perdagangan.
»»  Readmore

 
 

Cara Menggumpalkan Lateks

Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, penggumpalan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertama-tama berlaku untuk alat-alat yang dalam pekerjaan penggumpalan lateks bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya prokoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah.

Untuk menghindarkan terjadinya prakoagulasi tersebut, usaha menghindarkan masuknya kotoran kedalam

Lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga dalam persiapan sebelum penyadapan dimulai. Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran sadap,mangkok dan ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar. Penggumpalan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambet berhenti (late drops) dapat dilakukan penggumpalan kedua.

Lateks dari mangkok dituangkan kedalam ember pemupul (kenclang). Untuk membersihkan lateks dalam mangkok harus menggunakan spatel, jangan sekali-kali menggunakan kain,rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam emberb pemupul sudah terkumpul banyak, lateks dipindahkan kedalam ember pengumpul (oblong) yang ukurannya lebih besar. Wktu menuangkan lateks dari ember pemupul kedalam ember pengumpul harus ditumpahkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya prakoagulasi. Setelah selesai pengumpulan lateks, ember-ember pengumpul janganlah ditaruh ditempat yang panas atau kena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu didalam cairan lateks dapat mengakibatkan pemuaian butir-butir karet sehingga akan terjadi prakoagulasi.

Dalam keadaan tertentu, pada saat pengumpulan lateks biasa juga menggunakan obat anti koagulasi (antikoagulan) untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya, karena biayanya cukup besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan larutan obat koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan.

Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda (Na2CO3), amoniak (NH3) dan Natrium-sulfit (Na2SO3). Kebutuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks kebun adalah sebanyak 5-10 cc larutan Natrium-sulfit
»»  Readmore

 
 

Karet Alam Konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.
Jenis-jenis karet olahan yang tegolong konvensional beserta standar mutunya menurut Green Book adalah sebagai berikut :

a. Ribbed smoked sheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.

b. White crepe dan pale crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih atau muda. White crepe dan pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.

c. Estate brown crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna coklat. Disebut estate brown crepe karena banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate.

d. Thin brown crepe remilis, jenis ini merupakan crepe coklat yang tipis karena digiling ulang. Bahan pembuat crepe ini sama dengan bentuk crepe lain, tetepi digiling lagi untuk menghasilkan crepe yang tebalnya sesuai dengan yang telah ditentukan.

e. Combo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump,scrap pohon,potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.

f. Thick blanket crepes ambers, jenis ini merupakan crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan, dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya.

g. Flat bark crepe, sebenarnya jenis ini merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.

h. Pure smoked blanket crepe jenis ini merupakan crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk juga block sheet atau sheet bongkah atau dari sisa potongan ribbed smoked sheet.
»»  Readmore

 
 

Bahan Olah Karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet.
Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam : lateks kebun,sheet angin,slab tipis dan lump segar.


1. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap ( zat anti koagulan). Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%.

2. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi. Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%. Tingkat ketebalan pertama 3mm dan tingkat ketebalan kedua 5mm.

3. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar karet kering 70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering 60%. Tingkat ketebalan pertama 30mm dan tingkat ketebalan kedua 40mm.

4. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara ilmiah dalam amngkuk penampungan. Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2 mempunyai kadar karet kering 50%. Tingkat ketebalan pertama 40mm dan tingkat ketebalan kedua 60mm.
»»  Readmore

 
 

Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Ada pun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah sebagai berikut:

      
- Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah.
- Mempunyai daya aus yang tinggi,
- Tidak mudah panas (low heat build up),dan
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakkan (groove cracking resistance)


Walaupun demikian,karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cendrung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya. Kadang-kadang karena suatu sebab seperti keluarnya peraturan pemerintah di negara produsen yang menginginkan suatu kondisi tertentu terhadap industri karet dalam negrinya,maka akan mempengaruhi pasaran internasional. Suatu kebijaksanaan politik entah itu dari pihak penguasa maupun pemerintah memiliki pengaruh yang besar terhadap usaha perkarettan alam secara luas.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam akan tetap mempunyai pngsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.
»»  Readmore

 
 

Claim Token

358PYJU9W9YM
»»  Readmore

 
 

Karet Stirena Butadiena

Karet Stirena Butadiena adalah karet sintetik yang paling populer, merupakan kopolimer acak dari butadiena dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi.

Dibanding karet alam, karet Stirena Butadiena memiliki beberapa kelebihan seperti : tidak memerlukan proses mastikasi, lebih toleran terhadap extender oil tanpa menyebabkan terjadinya penurunan sifat (deteoriozation in properties), dan ketahanan terhadap penuaan dan abrasi seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga tidak tahan terhadap minyak api, karena gugus sisi (stirena) yang besar, maka karet Stirena Butadiena merupakan polimer amorfus yang tidak menguat sendiri (self reinforced rubber), sehingga perlu penambahan pengisi penguat saat komponding. 

Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga divulkanisasi dengan mengguanakan sistem vulkanisasi sulfur terakselerasi, oleh karena ikatan gandanya lebih sedikit dibandingkan karet alam maka jumlah hidrogen alilik juga lebih sedikit, sehingga jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang digunakan untuk karet alam, tetapi bahan pencepat digunakan lebih banyak.
»»  Readmore

 
 

Pengenalan Karet Sintetik

Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini mendorong negara-negara Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik.

Pada sejarahnya Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil butadiena (karet metil). Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik dilakukan dalam tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat dengan cara polimerisasi butadiena dengan menggunakan natrium sebagai pencepat (accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang pesat, dan dewasa ini karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada kebutuhan karet dunia.
Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2(dua) kelompok utama,yaitu :

  • Kegunaan Umum  
Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban pneumatik. Contoh: karet SBR,poliisoprena,polibutadiena,EPDM
  • Kegunaan Khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan terhadap aksi bahan kimia. Contoh : karet-karet IIR,polikloroprena, NBR
»»  Readmore

 
 

Persiapan Lahan Untuk Penanaman Karet

Dalam mempersiapkan lahan penanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

1. Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya

Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

2. Pengolahan Tanah

Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.









3. Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket

Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 - 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.


4. Pengajiran

Pada dasarnya pemancangan ajir adalah untuk menandai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :

a. Pada areal lahan yang relatif datar/landai (kemiringan antara 0 – 8%) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m.


b. Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 3. Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm – 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.


5. Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan (Gambar 4). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

6. Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)

Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha.
»»  Readmore

 
 

Pembukaan Lahan untuk Tanaman Karet

Pembukaan lahan ( Land Clearing ) dimaksudkan agar lahan bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebang, sehingga tidak menggangu dalam proses selanjutnya.

Kegiatan Pembukaan Lahan ini meliputi sebagai berikut : 
  1. Penebangan Pohon
  2. Pendongkelan  Akar kayu yang masih tertinggal
  3. Pembabatan Semak Belukar 
  4. Penataan dan pembersihan lahan. 
Setelah kegiatan Pembukaan Lahan ini selesai kita bisa melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu Menata blook-blok, Pembuatan Jalan Kebun dan Penataan saluran air.
  • Penataan blok-blok nantinya untuk mengatur jenis/ kloon tanaman karet dan waktu penanaman. Lahan kebun di petak-petak kedalam blok-blok dan disatukan dalam satu hamparan untuk memudahkan kita mengatur penanaman.
  • Pembuatan Jalan Kebun harus saling berkaitan antara blok satu dengan yang lainnya  supaya proses pengambilan produksi di kebun tidak terhambat, Jarak pikul tidak terlalu jauh, dan Kontrol kebun lebih mudah. Lebar jalan bisa disesuaikan dengan kondisi kebun. 
  •  Penataan saluran air dibuat dengan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada Filed Drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
»»  Readmore